Senin, 27 Juni 2011

LAPORAN PENDAHULUAN KECEMASAN


KECEMASAN / ANSIETAS

1. Pengertian
Kecemasan atau ansietas merupakan reaksi emosional terhadap penilaian individu yang subyektif dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus penyebabnya.
Ansietas merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah yang tak menentu, tidak tenteram, kadang disertai berbagai keluhan fisik.
Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi dialami secara subyektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu terhadap sesuatu yang berbahaya. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan.

2. Rentang Respon
Rentang respon ansietas berfluktuasi antara respon adaptif dan maladaptif seperti terlihat pada gambar berikut ini

Respon Adaptif Respon Maladaptif








Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Respon Adaptif adalah suatu keadaan dimana terjadi stresor dan bila individu mampu untuk menghambat dan mengatur hal tersebut, maka akan menghasilkan hal yang positif.
Hal positif tersebut antara lain :
- Dapat memecahkan masalah dan konflik.
- Adanya dorongan untuk bermotivasi.
- Terjadinya peningkatan prestasi.
Respon Maladaftif adalah suatu keadaan dimana tidak terjadi pertahanan perilaku individu secara otomatis terhadap ancaman kecemasan. Apabila terjadi ancaman terhadap individu, kemudian individu tersebut menggunakan respon adaptif, maka ia dapat beradaptasi terhadap ancaman tersebut dengan demikian maka kecemasan tidak terjadi. Tetapi apabila menggunakan respon maladaptif, maka yang akan terjadi adalah individu akan menggalami kecemasan secara bertahap, mulai dari sedang, ke tingkat berat dan akhirnya menjadi panik.

3. Tingkat Ansietas
Beberapa teorui membagi ansietas menjadi 4 tingkat :
a. Ansietas Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
Batasan karakteristik kecemasan ringan adalah :
 Agak tidak nyaman
 Gelisah
 Insomnia ringan
 Perubahan nafsu makan
 Peka
 Pengulangan pertanyaan
 Perilaku mencari perhatian
 Peningkatan kewaspadaan
 Peningkatan persepsi dan pemecahan masalah
 Mudah marah
 Fokus pada masa datang
 Gerakan tidak tenang.

b. Kecemasan Sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
Batasan karakteristik dari kecemasan sedang :
 Perkembangan dari kecemasan ringan
 Perhatian terpilih pada lingkungan
 Konsentrasi hanya pda tugas-tugas individu
 Ketidaknyamanan subjek sedang
 Suara bergetar
 Perubahan dalam nada suara
 Takipnea
 Takikardi
 Peningkatan ketegangan otot.

c. Kecemasan Berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.
Batasan karakteristik dari kecemasan berat adalah :
 Perasan terancam
 Ketegangan otot berlebihan (kepala, spasme otot)
d. Tingkat Panik dari Ansietas.
Tingkat dari kecemasan berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Rincian terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan, jika berlangsung terus dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian
Batasan karakteristik dari panik adalah :
 Hiperaktivitas atau imobilisasi berat.
 Rasa terisolasi yang ekstrim
 Kehilangan identitas, disintegrasi kepribadian.
 Sangat goncang dan otot tegang
 Ketidakmampuan untuk berkomunikasi
 Perilaku kacau dalam usaha melarikan diri
 Menyerang.

4. Faktor Predisposisi
Teori yang dikembangkan untuk menjelaskan penyebab ansietas adalah :
a) Teori Psikoanalitik.
Dalam pandangan Psikoanalitik adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan, dan ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b) Teori Interpersonal.
Menurut pandangan interpersonal ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma, sperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
c) Teori Perilaku.
Menurut pandangan perilaku ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku lain menganggap ansietas sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan, Pakar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dirinya dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.
d) Kajian Keluarga
Kajian Keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.
e) Kajian Biologis
Kajian Biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas. Penghambat asam aminobutirik-gamma neroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran uatama dalam mekanisme biologis berhubungan ansietas, sebagaimana halnya dengan endofrin.
Selain itu, telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor.

5. Stresor Pencetus
Stresor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stresor pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori :
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam maupun luar tubuh.
Faktor dari luar tubuh antara lain :
o Terinfeksi virus atau bakteri, pencemaran lingkungan, ancaman terhadap keamanan.
o Rumah tidak memadai.
o Tidak adanya sandang.
o Mengalami kecelakaan.
Faktor dari dalam tubuh :
o Kegagalan mekansme fisik.
o Kegagalan sistem imun.
o Kegagalan regulator temperatur.
o Gagal berpartisipasi dalam memelihara kesehatan : Perawatan gigi, istirahat,latihan fisik, dll.
Hal tersebut dapat meningkatkan kecemasan sehingga seseorang termotivasi untuk mendapatkan perawatan akibat sakit tersebut. Pada saat seseorang menjalani program pencegahan, ia telah berada dalam kecemasan tingkat ringan.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
Faktor luar tubuh yang mempengaruhi ancaman terhadap konsep diri antara lain :
 Hilangnya kasih sayang
 Kematian atau perpisahan dengan orang yang dicintai.
 Perubahan suatu pekerjaan
 Masalah etika atau norma yang berlaku.
 Situasi kerja.
 Tekanan sosial atau kelompok kultur.
Sedangkan faktor dari dalam tubuh yang mempngaruhi ancaman konsep diri adalah :
 Sulit mengadakan hubungan interpersonal baik terhadap lingkungan dimana seseorang bekerja, di dalam rumah, maupun di masyarakat.
 Sulit menerima perubahan yang baru.
Hal ini biasya terjadi pada orang tua, pelajar maupun pekerja.

6. Perilaku
Ansietas dapat diekspresikan langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping dalan uapaya mempertahankan diri dari ansietas. Intensitas dari perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan ansietas.


Respon fisiologi terhadap Ansietas
Sistem Tubuh Respon

Kardiovaskuler
Palpitasi
Jantung berdebar
Tekanan darah meninggi
Rasa mau pingsan
Pingsan
Tekanan darah menurun
Denyut nadi menurun


Pernapasan
Napas cepat
Napas pendek
Tekanan pada dada
Napas dangkal
Pembengkakan pada tenggorok
Terengah-engah


Neuromuskular
Refleks meningkat
Reaksi kejutan
Mata berkedip-kedip
Insomnia
Tremor
Rigiditas
Gelisah
Wajah tegang
Kelemahan umum
Kaki goyah
Gerakan yang janggal


Gastrointestinal
Kehilangan nafsu makan
Menolak makanan
Rasa tidak nyaman pada abdomen
Mual
Rasa terbakar pada jantung
Diare

Traktus urinarius
Tidak dapat menahan kencing
Sering berkemih


Kulit
Wajah kemerahan
Berkeringan setempat (telapak tangan)
Gatal
Rasa panas dan dingin pada kulit
Wajah pucat
Berkeringat seluruh tubuh



Respon perilaku, kognitif dan afektif terhadap ansietas

Sistem Respon


Perilaku
Gelisah
Ketegangan fisik
Tremor
Gugup
Bicara cepat
Kurang koordinasi
Cenderung mendapat cedera
Menarik diri dari hubungan interpersonal
Menghalangi
Melarikan diri dari masalah
Menghindar
Hiperventilasi


Kognitif
Perhatian terganggu
Konsentrasi buruk
Pelupa
Salah dalam memberikan penilaian
Preokupasi
Hambatan berpikir
Bidang persepsi menurun
Bingung
Sangat waspada
Kesadaran diri meningkat
Kehilangan objektivitas
Takut kehilangan kontrol
Takut pada gambaran visual
Takut cedera atau kematian

Afektif
Mudah terganggu
Tidak sabar
Gelisah
Tegang
Nervus
Ketakutan Alarm
Teror
Gugup
Gelisah

7. Sumber Koping
Individu dapat mengatasi stres dan ansietas dengan menggerakan sumber koping di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomik, kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stres dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.

8. Mekanisme Koping
Ketika mengalami ansietas, individu menggunakan berbagai kemampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Pola yang cenderung digunakan seseorang untuk mengatasi ansietas ringan cenderung tetap dominan ketika ansietas menghebat. Ansietas ringkat ringan sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang serius.

Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping :
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stres.
 Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan.
 Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk memindahkan seseorang dari sumber stres.
 Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang.
b. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat tidak sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptif terhadap stres.

9. Penanganan
Yang pertama yang harus dilakukan pada pasien adalah edukasi pasien untuk mengatasi panik dan ansietas. Pasien dicoba untuk dapat menghilangkan gejala ansietas dengan berbagai cara. Cara yang mudah adalah relaksasi, latihan nafas, hipnosis, desensitisasi, latihan fisik yang sedang (jangan latihan berat), seperti jalan 3 – 4 km sehari. Selain itu pasien harus ditingkatkan rasa percaya diri. Pengobatan ini merupakan terapi tambahan dan bukan substitusi dari terapi farmakologik. Satu hal yang penting adalah bahwa pengobatan non farmakologik sendiri, tanpa pengobatan farmakologik kurang khasiatnya.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

NO DX

TGL

DIAGNOSA KEPERAWATAN

RENCANA KEPERAWATAN

TUJUAN

INTERVENSI

Ansietas berat atau panik

TUM

TUK 1

Klien dapat membina hubungan saling percaya dan terhindar dari bahaya


1.1.1 Temani klien

1.1.2 Perkenalkan diri perawat

1.1.3 Dorong dan dengarkan klien mengungkapkan perasaannya

1.1.4 Bersikap terbuka

1.1.5 Selalu siap menemani klien

1.1.6 Langsung menjawab pertanyaan klien

1.1.7 Terima perasaan positif maupun negatif termasuk perkembangan ansietasnya

TUK 2

Klien dapat meningkatkan kesehatan fisik dan psikologis

2.1.1 Beri klien obat yang membantu menurunkan ansietas (kolaborasi dengan dokter)

2.1.2 Amati efek samping obat dan berikan penyuluhan kesehatan yang relevan.

TUK 3

Klien dapat mengidentifikasi dan berusaha menurunkan situasi yang dapat menimbulkan ansietas.

3.1.1 Tunjukkan sikap yang tenang.

3.1.2 Ciptakan situasi lingkungan yang tenang

3.1.3 Batasi interaksi klien dengan klien untuk mengurangi rangsangan yang dapat menimbulkan ansietas

3.1.4 Identifikasi dan modifikasi situasi yang menyebabkan ansietas klien

3.1.5 Berikan bantuan terapi fisik seperti mandi hangat dan pijat.

TUK 4

Klien dapat meyakini tentang manfaat mekanisme koping.

4.1.1 Terima klien apa adanya dan jangan menentang keyakinannya.

4.1.2 Kenalkan realitas nyeri yang berhubungan dengan mekanisme koping klien dengan tidak memfokuskan pada rasa cemas, takut, atau keluhan fisik lainnya

4.1.3 Beri klien umpan balik tentang perilaku, stressor, penilaian stressor, dan sumber koping

4.1.4 Kuatkan ide-ide bahwa kesehatan fisik berhubungan dengan kesehatan emosional

4.1.5 Pada saat yang tepat beri batasan perilaku yang maladaptif dengan cara yang mendukung.

TUK 5

Klien dapat melakukan kegiatan yang menarik dan aktivitas yang terjadwal.

5.1.1 Beri klien aktivitas yang bersifat mendukung dan menguatkan perilaku sosial yang produktif.

5.1.2 Beri klien latihan fisik yang sesuai dengan bakatnya

5.1.3 Bersama klien buat jadwal aktivitas yang dapat dilakukan sehari-hari

5.1.4 Libatkan anggota keluarga dan sistem pendukung lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senin, 27 Juni 2011

LAPORAN PENDAHULUAN KECEMASAN


KECEMASAN / ANSIETAS

1. Pengertian
Kecemasan atau ansietas merupakan reaksi emosional terhadap penilaian individu yang subyektif dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus penyebabnya.
Ansietas merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah yang tak menentu, tidak tenteram, kadang disertai berbagai keluhan fisik.
Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi dialami secara subyektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu terhadap sesuatu yang berbahaya. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan.

2. Rentang Respon
Rentang respon ansietas berfluktuasi antara respon adaptif dan maladaptif seperti terlihat pada gambar berikut ini

Respon Adaptif Respon Maladaptif








Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Respon Adaptif adalah suatu keadaan dimana terjadi stresor dan bila individu mampu untuk menghambat dan mengatur hal tersebut, maka akan menghasilkan hal yang positif.
Hal positif tersebut antara lain :
- Dapat memecahkan masalah dan konflik.
- Adanya dorongan untuk bermotivasi.
- Terjadinya peningkatan prestasi.
Respon Maladaftif adalah suatu keadaan dimana tidak terjadi pertahanan perilaku individu secara otomatis terhadap ancaman kecemasan. Apabila terjadi ancaman terhadap individu, kemudian individu tersebut menggunakan respon adaptif, maka ia dapat beradaptasi terhadap ancaman tersebut dengan demikian maka kecemasan tidak terjadi. Tetapi apabila menggunakan respon maladaptif, maka yang akan terjadi adalah individu akan menggalami kecemasan secara bertahap, mulai dari sedang, ke tingkat berat dan akhirnya menjadi panik.

3. Tingkat Ansietas
Beberapa teorui membagi ansietas menjadi 4 tingkat :
a. Ansietas Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
Batasan karakteristik kecemasan ringan adalah :
 Agak tidak nyaman
 Gelisah
 Insomnia ringan
 Perubahan nafsu makan
 Peka
 Pengulangan pertanyaan
 Perilaku mencari perhatian
 Peningkatan kewaspadaan
 Peningkatan persepsi dan pemecahan masalah
 Mudah marah
 Fokus pada masa datang
 Gerakan tidak tenang.

b. Kecemasan Sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.
Batasan karakteristik dari kecemasan sedang :
 Perkembangan dari kecemasan ringan
 Perhatian terpilih pada lingkungan
 Konsentrasi hanya pda tugas-tugas individu
 Ketidaknyamanan subjek sedang
 Suara bergetar
 Perubahan dalam nada suara
 Takipnea
 Takikardi
 Peningkatan ketegangan otot.

c. Kecemasan Berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.
Batasan karakteristik dari kecemasan berat adalah :
 Perasan terancam
 Ketegangan otot berlebihan (kepala, spasme otot)
d. Tingkat Panik dari Ansietas.
Tingkat dari kecemasan berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Rincian terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan, jika berlangsung terus dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian
Batasan karakteristik dari panik adalah :
 Hiperaktivitas atau imobilisasi berat.
 Rasa terisolasi yang ekstrim
 Kehilangan identitas, disintegrasi kepribadian.
 Sangat goncang dan otot tegang
 Ketidakmampuan untuk berkomunikasi
 Perilaku kacau dalam usaha melarikan diri
 Menyerang.

4. Faktor Predisposisi
Teori yang dikembangkan untuk menjelaskan penyebab ansietas adalah :
a) Teori Psikoanalitik.
Dalam pandangan Psikoanalitik adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan, dan ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b) Teori Interpersonal.
Menurut pandangan interpersonal ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma, sperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
c) Teori Perilaku.
Menurut pandangan perilaku ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku lain menganggap ansietas sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan, Pakar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dirinya dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.
d) Kajian Keluarga
Kajian Keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.
e) Kajian Biologis
Kajian Biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas. Penghambat asam aminobutirik-gamma neroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran uatama dalam mekanisme biologis berhubungan ansietas, sebagaimana halnya dengan endofrin.
Selain itu, telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor.

5. Stresor Pencetus
Stresor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stresor pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori :
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam maupun luar tubuh.
Faktor dari luar tubuh antara lain :
o Terinfeksi virus atau bakteri, pencemaran lingkungan, ancaman terhadap keamanan.
o Rumah tidak memadai.
o Tidak adanya sandang.
o Mengalami kecelakaan.
Faktor dari dalam tubuh :
o Kegagalan mekansme fisik.
o Kegagalan sistem imun.
o Kegagalan regulator temperatur.
o Gagal berpartisipasi dalam memelihara kesehatan : Perawatan gigi, istirahat,latihan fisik, dll.
Hal tersebut dapat meningkatkan kecemasan sehingga seseorang termotivasi untuk mendapatkan perawatan akibat sakit tersebut. Pada saat seseorang menjalani program pencegahan, ia telah berada dalam kecemasan tingkat ringan.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
Faktor luar tubuh yang mempengaruhi ancaman terhadap konsep diri antara lain :
 Hilangnya kasih sayang
 Kematian atau perpisahan dengan orang yang dicintai.
 Perubahan suatu pekerjaan
 Masalah etika atau norma yang berlaku.
 Situasi kerja.
 Tekanan sosial atau kelompok kultur.
Sedangkan faktor dari dalam tubuh yang mempngaruhi ancaman konsep diri adalah :
 Sulit mengadakan hubungan interpersonal baik terhadap lingkungan dimana seseorang bekerja, di dalam rumah, maupun di masyarakat.
 Sulit menerima perubahan yang baru.
Hal ini biasya terjadi pada orang tua, pelajar maupun pekerja.

6. Perilaku
Ansietas dapat diekspresikan langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping dalan uapaya mempertahankan diri dari ansietas. Intensitas dari perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan ansietas.


Respon fisiologi terhadap Ansietas
Sistem Tubuh Respon

Kardiovaskuler
Palpitasi
Jantung berdebar
Tekanan darah meninggi
Rasa mau pingsan
Pingsan
Tekanan darah menurun
Denyut nadi menurun


Pernapasan
Napas cepat
Napas pendek
Tekanan pada dada
Napas dangkal
Pembengkakan pada tenggorok
Terengah-engah


Neuromuskular
Refleks meningkat
Reaksi kejutan
Mata berkedip-kedip
Insomnia
Tremor
Rigiditas
Gelisah
Wajah tegang
Kelemahan umum
Kaki goyah
Gerakan yang janggal


Gastrointestinal
Kehilangan nafsu makan
Menolak makanan
Rasa tidak nyaman pada abdomen
Mual
Rasa terbakar pada jantung
Diare

Traktus urinarius
Tidak dapat menahan kencing
Sering berkemih


Kulit
Wajah kemerahan
Berkeringan setempat (telapak tangan)
Gatal
Rasa panas dan dingin pada kulit
Wajah pucat
Berkeringat seluruh tubuh



Respon perilaku, kognitif dan afektif terhadap ansietas

Sistem Respon


Perilaku
Gelisah
Ketegangan fisik
Tremor
Gugup
Bicara cepat
Kurang koordinasi
Cenderung mendapat cedera
Menarik diri dari hubungan interpersonal
Menghalangi
Melarikan diri dari masalah
Menghindar
Hiperventilasi


Kognitif
Perhatian terganggu
Konsentrasi buruk
Pelupa
Salah dalam memberikan penilaian
Preokupasi
Hambatan berpikir
Bidang persepsi menurun
Bingung
Sangat waspada
Kesadaran diri meningkat
Kehilangan objektivitas
Takut kehilangan kontrol
Takut pada gambaran visual
Takut cedera atau kematian

Afektif
Mudah terganggu
Tidak sabar
Gelisah
Tegang
Nervus
Ketakutan Alarm
Teror
Gugup
Gelisah

7. Sumber Koping
Individu dapat mengatasi stres dan ansietas dengan menggerakan sumber koping di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomik, kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stres dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.

8. Mekanisme Koping
Ketika mengalami ansietas, individu menggunakan berbagai kemampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Pola yang cenderung digunakan seseorang untuk mengatasi ansietas ringan cenderung tetap dominan ketika ansietas menghebat. Ansietas ringkat ringan sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang serius.

Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping :
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stres.
 Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan.
 Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik untuk memindahkan seseorang dari sumber stres.
 Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang.
b. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat tidak sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptif terhadap stres.

9. Penanganan
Yang pertama yang harus dilakukan pada pasien adalah edukasi pasien untuk mengatasi panik dan ansietas. Pasien dicoba untuk dapat menghilangkan gejala ansietas dengan berbagai cara. Cara yang mudah adalah relaksasi, latihan nafas, hipnosis, desensitisasi, latihan fisik yang sedang (jangan latihan berat), seperti jalan 3 – 4 km sehari. Selain itu pasien harus ditingkatkan rasa percaya diri. Pengobatan ini merupakan terapi tambahan dan bukan substitusi dari terapi farmakologik. Satu hal yang penting adalah bahwa pengobatan non farmakologik sendiri, tanpa pengobatan farmakologik kurang khasiatnya.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

NO DX

TGL

DIAGNOSA KEPERAWATAN

RENCANA KEPERAWATAN

TUJUAN

INTERVENSI

Ansietas berat atau panik

TUM

TUK 1

Klien dapat membina hubungan saling percaya dan terhindar dari bahaya


1.1.1 Temani klien

1.1.2 Perkenalkan diri perawat

1.1.3 Dorong dan dengarkan klien mengungkapkan perasaannya

1.1.4 Bersikap terbuka

1.1.5 Selalu siap menemani klien

1.1.6 Langsung menjawab pertanyaan klien

1.1.7 Terima perasaan positif maupun negatif termasuk perkembangan ansietasnya

TUK 2

Klien dapat meningkatkan kesehatan fisik dan psikologis

2.1.1 Beri klien obat yang membantu menurunkan ansietas (kolaborasi dengan dokter)

2.1.2 Amati efek samping obat dan berikan penyuluhan kesehatan yang relevan.

TUK 3

Klien dapat mengidentifikasi dan berusaha menurunkan situasi yang dapat menimbulkan ansietas.

3.1.1 Tunjukkan sikap yang tenang.

3.1.2 Ciptakan situasi lingkungan yang tenang

3.1.3 Batasi interaksi klien dengan klien untuk mengurangi rangsangan yang dapat menimbulkan ansietas

3.1.4 Identifikasi dan modifikasi situasi yang menyebabkan ansietas klien

3.1.5 Berikan bantuan terapi fisik seperti mandi hangat dan pijat.

TUK 4

Klien dapat meyakini tentang manfaat mekanisme koping.

4.1.1 Terima klien apa adanya dan jangan menentang keyakinannya.

4.1.2 Kenalkan realitas nyeri yang berhubungan dengan mekanisme koping klien dengan tidak memfokuskan pada rasa cemas, takut, atau keluhan fisik lainnya

4.1.3 Beri klien umpan balik tentang perilaku, stressor, penilaian stressor, dan sumber koping

4.1.4 Kuatkan ide-ide bahwa kesehatan fisik berhubungan dengan kesehatan emosional

4.1.5 Pada saat yang tepat beri batasan perilaku yang maladaptif dengan cara yang mendukung.

TUK 5

Klien dapat melakukan kegiatan yang menarik dan aktivitas yang terjadwal.

5.1.1 Beri klien aktivitas yang bersifat mendukung dan menguatkan perilaku sosial yang produktif.

5.1.2 Beri klien latihan fisik yang sesuai dengan bakatnya

5.1.3 Bersama klien buat jadwal aktivitas yang dapat dilakukan sehari-hari

5.1.4 Libatkan anggota keluarga dan sistem pendukung lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar